Mengapa The Mentalist Tetap Memikat Meski Sudah Bertahun-Tahun Tamat
indranila - Apa yang ada di benakmu saat mendengar kata The Mentalist? Ya, hal pertama yang saya ingat adalah Deddy Corbuzier. Tukang sulap yang jago bikin bengkok sendok dengan kekuatan pikiran. So, ketika ada serial TV dengan judul seperti itu, hal pertama yang saya pikirkan: pasti cerita tentang tukang sulap yang pandai membaca pikiran. Dugaan saya ternyata ga sepenuhnya benar, tapi juga ga salah-salah amat.
Saya pertama kali nonton The Mentalist tahun 2018, sepuluh tahun semenjak serial ini pertama kali mengudara (2008). Saya langsung jatuh cinta sejak episode pertama. Saya nonton serial ini di Netflix setelah selesai menamatkan drama korea Mr. Sunshine.
Karakter sentral dari serial ini adalah Patrick Jane, yang diperankan dengan sangat cantik oleh Simon Baker. Patrick ini mulanya berprofesi sebagai entertainer yang kemudian punya kisah tragis yang membawanya menjadi konsultan di CBI—California Bureau of Investigation (CBI, badan fiktif, semacam FBI tapi khusus bekerja di negara bagian California…gitu ceritanya…).
Pengertian Mentalist
Sekarang saya ceritakan dulu pengertian dari profesi mentalist ini. Berikut kutipannya yang saya ambil dari wikipedia:
“Seorang mentalist adalah praktisi seni pertunjukan yang menampilkan kemampuan luar biasa dalam membaca pikiran, memanipulasi persepsi, dan menciptakan ilusi psikologis. Mentalisme sendiri merupakan cabang dari seni sulap yang berfokus pada kekuatan pikiran dan intuisi, bukan trik visual atau alat bantu seperti pada ilusionis”
Ciri khas pertunjukan mentalist meliputi:
- Telepati: seolah-olah bisa membaca pikiran orang lain.
- Prekognisi: meramal kejadian sebelum terjadi.
- Psikokinesis: memengaruhi objek dengan pikiran.
- Hipnosis dan sugesti: memengaruhi pikiran atau perilaku penonton.
- Deduksi cepat: membaca bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau pola perilaku.
Mentalist sering kali menggunakan teknik psikologi, logika, dan pengamatan tajam—bukan kekuatan supranatural. Mereka menciptakan ilusi bahwa mereka memiliki kemampuan luar biasa, padahal sebenarnya itu hasil latihan, strategi, dan pemahaman mendalam tentang manusia.
Sinopsis Cerita The Mentalist
WARNING! Mengandung Spoiler!
Singkatnya, CBI ini punya buronan serial killer yang sulit sekali ditangkap dengan nickname Red John. Nah Patrick ini yang saat itu berprofesi sebagai paranormal palsu, pada suatu hari menantang si Red John secara live di TV nasional. Mengatakan kalau Red John itu tak lebih dari seorang pengecut yang bisanya hanya bersembunyi. Tak dinyana, kata-kata bernada jumawa di siaran televisi itu membawa petaka yang membuat hidupnya jungkir balik seketika. Saat pulang dari acara tv tersebut, ia mendapati istri dan anaknya dibunuh secara brutal oleh Red John. Sejak peristiwa itu, ia masuk ke dalam CBI dengan menawarkan jasa sebagai konsultan. Padahal tujuan utamanya adalah agar supaya lebih dekat ke sumber informasi penyelidikan Red John.
Jane, berbekal kemampuan observasinya yang tajam pada akhirnya menjadi kunci sukses naiknya rating kasus terpecahkan di CBI. Dalam memecahkan suatu kasus, Jane tidak mengandalkan kemampuan penyidikan pada umumnya (seperti bukti forensik atau aksi heroik ala-ala polisi ketika mengejar penjahat gitu…), tetapi pada kemampuannya yang luar biasa untuk membaca orang – ekspresi mikro mereka, bahasa tubuh, dan motif tersembunyi.
Keunikan Jane terletak pada kemampuannya untuk melihat apa yang orang lain lewatkan. Dia menggunakan observasi mendalam dan manipulasi psikologis untuk mengungkap kebenaran. Seringkali dengan cara yang tidak konvensional dan menghibur. Karakter Jane ini sangat kompleks, perpaduan antara pesona dan kecerdasan, namun dihantui oleh tragedi masa lalunya kelam. Perpaduan antara kepribadian luar yang ceria padahal menyembunyikan rasa sakit batin inilah yang membuat Jane menjadi karakter yang menarik, dan berhasil membuat saya terus terpikat.
Saat bekerja sebagai konsultan di CBI, Jane bekerja di bawah tim yang dipimpin oleh agen Teresa Lisbon (diperankan oleh Robin Tunney). Agen Lisbon memimpin tim yang terdiri dari Agen Kimball Cho (Tim Kang) yang berkepribadian stoik; agen Wayne Rigsby (Owain Yeoman) yang ramah dan baik hati: lalu agen Grace Van Pelt (Amanda Righetti) seorang ahli IT yang ambisius. Kehadiran karakter pendukung di serial ini memberikan kedalaman dan kehangatan dalam perkembangan setiap karakter. Hubungan Jane dan para agen yang semula sebatas saling menghormati sebagai partner, lama-lama berkembang menjadi persahabatan dan interaksi-interaksi yang mengundang senyum. Dan tentu saja perkembangan hubungan pribadi, terutama antara Jane dengan Agen Lisbon, yang akhirnya saling jatuh cinta.
Setiap episode biasanya menceritakan satu kasus kriminal baru yang harus dipecahkan oleh Jane dan para agen. Sementara bagian dari alur cerita Red John diselipkan sedikit-sedikit sebagai benang merah, yang kemudian akan diceritakan dalam gambaran yang lebih besar biasanya pada episode khusus di akhir musim. Pada setiap kasus ditampilkan keahlian deduksi Jane yang luar biasa dalam memecahkan kasus.
Kesan dari Menonton The Mentalist
Serial The Mentalist ini bukan hanya sekadar tayangan police procedural biasa. Patrick Jane sebagai tokoh sentral, punya karakter karismatik dengan otak yang (kalau mengikuti istilah anak jaman now) overpower. Tapi masih bisa dibilang manusiawi, yang gara-gara kemampuannya itu dia jadi besar kepala, dan kena batunya saat dengan terang-terangan menantang seorang psikopat langsung di acara TV live. Jane cerdas tapi bisa tetap lucu dan hangat, punya trauma mendalam tapi tidak menjadi karakter yang gelap atau beringas. Bagi saya yang nonton, Jane ini bikin saya simpati, kasian, sekaligus ter-wow-wow setiap dia mengeluarkan ajian mentalist-nya.
Dari serial ini saya jadi tau kalau drama bergenre police prosedural, tidak melulu harus yang aksi mengejar penjahat, banyak tembak-tembakan dan lain sebagainya. Tapi bisa juga berfokus pada intrik psikologis dan karakter yang kompleks. Saya sebagai penggemar serial drama kriminal juga tertarik dan sangat menikmati proses pemecahan kasus kejahatan dengan emosional dan rasional yang kuat.
Sebagai bukti bahwa drama jenis ini bisa sukses, bertahun-tahun setelah serial The Mentalist berakhir, drama ini masih tetap disukai dan punya basis penggemar yang kuat. Dengan semakin banyaknya layanan TV streaming, bisa jadi penggemarnya akan terus bertambah banyak.
Tidak ada komentar untuk "Mengapa The Mentalist Tetap Memikat Meski Sudah Bertahun-Tahun Tamat"
Posting Komentar