Mustahil Bisa Mendarat di Permukaan Jupiter
indranila - Ketika kita memandang langit malam dan melihat titik terang Jupiter atau Saturnus, mungkin terlintas dalam benak: bagaimana rasanya jika bisa mendarat di sana?
Namun, keingintahuan ini justru membuka pintu pada salah satu realitas paling mencengangkan dalam ilmu astronomi: tidak ada “tanah” untuk diinjak di planet gas raksasa itu.
Artikel ini akan mengupas secara lebih mendalam alasan ilmiah di balik mustahilnya mendarat di planet seperti Jupiter dan Saturnus, serta bagaimana pemahaman baru para ilmuwan tentang struktur internal mereka mengubah cara kita memahami pembentukan planet secara keseluruhan.
Tidak Ada Permukaan Padat di Planet Gas Raksasa
Berbeda dengan Bumi yang memiliki permukaan padat berupa tanah dan batu, Jupiter dan Saturnus adalah planet gas raksasa yang tersusun terutama dari gas hidrogen dan helium. Tidak ada garis batas yang jelas antara atmosfer mereka dan ruang angkasa. Lapisan gas pada planet ini menjadi semakin padat seiring bertambahnya kedalaman, tetapi tidak pernah berakhir dengan “permukaan” tempat kita bisa berpijak.
Jika seseorang — atau sebuah wahana luar angkasa — mencoba mendarat, maka tidak akan ada momen “menyentuh tanah”. Sebaliknya, objek tersebut akan terus meluncur ke bawah, melewati lapisan atmosfer yang semakin menekan dan mematikan.
Asal-Usul Gas Raksasa: Dua Teori Pembentukan
Bagaimana planet sebesar dan sekaya gas seperti Jupiter dan Saturnus terbentuk? Para ilmuwan memiliki dua teori utama:
1. Akresi inti (core accretion)
Teori ini menyatakan bahwa planet gas raksasa terbentuk dari inti padat yang terbentuk lebih dulu, biasanya dari material batuan dan es, kemudian menarik gas dari nebula sekitarnya.
2. Ketidakstabilan cakram (disk instability)
Teori ini berpendapat bahwa sebagian cakram gas di sekitar bintang muda mengalami keruntuhan gravitasi, langsung membentuk planet tanpa perlu membentuk inti padat lebih dulu.
---
Bukti terkini menunjukkan bahwa Jupiter dan Saturnus kemungkinan besar terbentuk melalui proses akresi inti, meskipun pemahaman ini terus berkembang seiring ditemukannya data baru dari misi luar angkasa.
Interior yang Kompleks dan Berbahaya
Struktur dalam planet gas raksasa sangatlah ekstrem dan jauh dari apa yang bisa dibayangkan manusia. Semakin dalam masuk ke atmosfer Jupiter atau Saturnus, tekanan dan suhu meningkat tajam. Gas hidrogen, yang di permukaan berbentuk gas biasa, mulai berubah menjadi hidrogen cair, lalu menjadi hidrogen metalik — sebuah bentuk eksotis yang hanya bisa terbentuk di bawah tekanan sangat tinggi.
Di inti Jupiter, suhu diperkirakan bisa mencapai lebih dari 24.000 derajat Celsius — jauh lebih panas daripada permukaan Matahari. Selain itu, tekanan di kedalaman tersebut bisa mencapai jutaan kali tekanan atmosfer Bumi.
Mengapa Mustahil Mendarat?
Dengan kondisi seperti itu, mendarat di Jupiter atau Saturnus sama saja dengan menghancurkan diri sendiri. Sebuah wahana luar angkasa yang turun ke atmosfer akan mengalami tekanan luar biasa hingga hancur sebelum mencapai lapisan dalam. Tidak ada teknologi saat ini yang mampu bertahan dalam suhu dan tekanan ekstrem tersebut.
Sebagai contoh, wahana Galileo milik NASA yang memasuki atmosfer Jupiter pada tahun 1995 hanya bertahan sekitar 58 menit sebelum akhirnya hancur oleh tekanan dan panas. Ia tidak pernah mencapai inti planet — hanya sebagian kecil dari atmosfer saja sudah cukup untuk menghancurkan teknologi buatan manusia.
Penemuan Baru dari Misi Juno dan Cassini
Dua misi luar angkasa utama, yaitu Juno (NASA) yang mengorbit Jupiter dan Cassini (NASA/ESA) yang mempelajari Saturnus, memberikan data penting yang mengubah pemahaman kita tentang planet-planet ini. Salah satu temuan paling mengejutkan adalah bahwa inti kedua planet ini tidak padat dan terdefinisi jelas sebagaimana yang dulu diasumsikan. Sebaliknya, inti mereka bersifat “kabur” atau “tercampur”, yaitu campuran gas dan material berat yang tidak membentuk batas tegas.
Penemuan ini menantang teori lama dan memberikan wawasan baru dalam model pembentukan planet. Ketidakteraturan struktur inti ini mungkin terjadi karena interaksi kompleks antara material selama fase awal pembentukan planet.
Fenomena Aneh: Hujan Helium dan Keanehan Lain
Tidak hanya struktur internalnya yang mengejutkan, planet gas raksasa juga menjadi rumah bagi fenomena unik. Salah satunya adalah hujan helium. Di Saturnus, helium dalam atmosfer dapat memisah dari hidrogen dan turun seperti hujan ke arah inti, membentuk lapisan energi yang turut memengaruhi medan magnet dan panas internal planet.
Fenomena ini tidak hanya membuktikan kompleksitas planet gas, tetapi juga memberikan petunjuk penting dalam memahami evolusi termal planet dan bagaimana mereka mempertahankan panas sejak terbentuk miliaran tahun yang lalu.
Relevansi bagi Studi Planet di Luar Tata Surya
Semakin banyak planet di luar tata surya (eksoplanet) yang ditemukan memiliki karakteristik mirip Jupiter dan Saturnus. Dengan memahami struktur dan dinamika gas raksasa di tata surya kita, ilmuwan bisa memperkirakan sifat eksoplanet dengan lebih akurat — mulai dari komposisi, kemungkinan terbentuknya bulan, hingga potensi memiliki atmosfer yang stabil.
Model baru yang didasarkan pada temuan dari Juno dan Cassini sangat penting dalam penelitian ini, karena memungkinkan kita menyusun simulasi yang lebih realistis tentang pembentukan dan evolusi planet di berbagai sistem bintang.
Penutup: Menyelami yang Tak Mungkin
Meskipun mustahil untuk mendarat di Jupiter atau Saturnus, mempelajari planet-planet gas raksasa ini membuka wawasan luar biasa tentang bagaimana alam semesta bekerja. Dari asal-usul tata surya hingga misteri eksoplanet yang jauh, planet seperti Jupiter menyimpan banyak jawaban — meski tak bisa kita kunjungi secara langsung.
Dengan kata lain, dalam dunia astronomi, terkadang hal-hal yang tidak bisa kita datangi justru memberikan pelajaran terbesar.
Tidak ada komentar untuk "Mustahil Bisa Mendarat di Permukaan Jupiter"
Posting Komentar