Entri yang Diunggulkan

Spider Lily: Bunga Cantik yang Disebut dalam Anime Demon Slayer

Gambar
indranila - Selain suka tanaman, saya juga suka anime. Demon Slayer atau Kimetsu no Yaiba adalah salah satu anime yang populer yang masih saya ikuti. Di anime ini diceritakan ang tokoh antagonis, Muzan Kibutsuji yang berburu bunga langka, blue spider lily.  Sebagai seorang pecinta tanaman, antusiasme dan rasa ingin tahu selalu muncul saat melihat atau mendengar ada tanaman yang disebut dalam produk budaya populer apapun. Bunga red spider lily ini selain muncul di anime Demon Slayer juga sudah sering muncul di banyak anime lainnya. Bunga ini sering dimunculkan tatkala ada karakter yang akan mati. Tapi apakah bunga ini benar-benar identik dengan kematian? Di dunia nyata blue spider lily tidak benar-benar ada. Yang betul-betul ada adalah bunga red spider lily. Untuk mengetahui jawaban pastinya, mari kembali lagi ke dunia nyata. Yuk, kita telusuri lebih dalam tentang red spider lily! Ekologi dan Sebaran Red Spider Lily Red spider lily berasal d...

10 Tradisi Unik Pernikahan dari Berbagai Negara

Setiap budaya merajut cerita pernikahannya sendiri melalui ritual yang diwariskan dari generasi ke generasi

indranila - 
Di sudut-sudut dunia yang berbeda, cinta dirayakan dengan cara yang memukau dan memikat. Setiap budaya merajut cerita pernikahannya sendiri melalui ritual yang diwariskan dari generasi ke generasi. Mari kita menjelajahi sepuluh tradisi pernikahan yang memesona dari berbagai penjuru dunia, di mana janji suci dibungkus dalam keindahan adat yang tak lekang oleh waktu.

1. Pernikahan Merah di India

Fajar menyingsing di atas kota tua Delhi. Seorang pengantin wanita India duduk dengan sabar sementara tangan-tangan terampil melukis kulitnya dengan ukiran henna yang rumit. Gaun merahnya yang menyala menari dalam cahaya temaram, dihiasi ribuan manik-manik dan benang emas yang berkilauan. Pernikahan di India adalah festival warna dan kemeriahan yang berlangsung selama berhari-hari.

Malam sebelum pernikahan, wanita-wanita berkumpul dalam upacara Mehndi, di mana tangan dan kaki pengantin wanita dihiasi dengan pola henna yang rumit. Konon, semakin gelap warna henna di kulit sang pengantin, semakin dalam pula cinta mertua kepadanya. Pada hari pernikahan, pengantin pria tiba dengan barisan penari dan pemusik—sebuah prosesi meriah yang disebut Baraat. Di bawah langit berbintang, pasangan itu berjalan mengelilingi api suci sebanyak tujuh kali, melambangkan tujuh janji pernikahan yang mengikat mereka dalam ikatan abadi.

2. Lompataan Sapu di Wales

Langit Welsh tertutup awan kelabu, namun tidak ada yang dapat meredupkan keceriaan di desa kecil Pembrokeshire ini. Sepasang pengantin berdiri berdampingan, mata mereka tertuju pada sapu yang diletakkan rendah di tanah berumput. Tradisi "Jumping the Broom" berasal dari masa ketika pernikahan Roma tidak diakui secara hukum di Wales.

Dengan tangan yang saling bertautan, pasangan itu melompati sapu bersama-sama—sebuah simbol melompat dari kehidupan lajang ke dalam rumah tangga baru yang mereka bangun bersama. Jika salah satu dari mereka tersandung atau menyenggol sapu, konon pernikahan itu akan penuh rintangan. Namun, jika mereka melompat dengan mulus, hidup mereka akan diberkati dengan keharmonisan. Di bawah langit Wales yang berubah-ubah, tradisi sederhana ini telah bertahan selama berabad-abad, menghubungkan pasangan modern dengan leluhur mereka dalam tarian waktu yang abadi.

3. Penculikan Pengantin di Kyrgyzstan

Gunung-gunung Tian Shan berdiri kokoh mengawasi, sementara derap kuda membawa seorang pemuda dan kawan-kawannya melintasi padang rumput Kyrgyzstan yang luas. "Ala kachuu" atau "mengambil dan lari" adalah tradisi kuno di mana seorang pria menculik calon pengantinnya. Meski kini kebanyakan "penculikan" sudah diatur sebelumnya, beberapa masih terjadi tanpa persetujuan.

Setelah dibawa ke rumah keluarga pria, ibu dan bibi calon mempelai pria berusaha meyakinkan gadis itu untuk menerima lamaran dengan menempatkan selendang putih tradisional (jooluk) di kepalanya—tanda persetujuannya. Di bawah langit biru tak bertepi, pesta pernikahan kemudian diadakan dengan hidangan daging domba, musik tradisional komuz, dan tarian hingga malam larut. Para tamu bersulang dengan kumiss, minuman fermentasi susu kuda, sementara api unggun melemparkan bayangan panjang di atas yurt yang dihias dengan permadani berwarna-warni.

4. Pesta Air di Thailand

Matahari Thailand bersinar terang, memantulkan kilauan dari pakaian sutra pengantin yang berwarna emas. Dalam upacara Rod Nam Sang, tamu yang dihormati menuangkan air yang diberkati dari kerang ke tangan pasangan yang berlutut. Air mengalir lembut melalui jari-jari mereka ke dalam mangkuk perak yang dihiasi bunga melati dan daun pisang yang diukir dengan indah.

Tamu-tamu kemudian mengikat benang putih tipis yang disebut sai monkhon di pergelangan tangan pengantin, mengucapkan doa dan harapan baik. Benang-benang ini tetap dipakai selama tiga hari, menjaga berkah tetap dekat dengan pasangan yang baru menikah. Seiring hari bergulir dalam gelombang keharuman bunga melati dan rempah-rempah, pasangan itu diberkati oleh biksu dalam jubah jingga mereka, suara monoton mantra Pali mereka memenuhi udara seperti nyanyian dari dunia lain.

5. Tangisan Tujarones di Provinsi Sichuan, Tiongkok

Di pedalaman Provinsi Sichuan yang diselimuti kabut, seorang pengantin wanita berdiri di depan cermin, menatap bayangannya untuk terakhir kali sebagai gadis yang belum menikah. Sebulan sebelum pernikahannya, dia mulai menangis—bukan karena kesedihan, melainkan sebagai bagian dari ritual "Zuo Tang" yang telah berusia berabad-abad.

Selama satu jam setiap hari, dia menyanyikan lagu-lagu sedih, sering ditemani oleh ibu, bibi, dan sepupu perempuannya yang juga ikut menangis bersamanya. Melodi kesedihan ini adalah paradoks yang indah—tangisan kebahagiaan yang dituangkan dalam nada-nada pilu. Pada hari ke-10, wanita-wanita dari berbagai generasi berkumpul dalam harmoni tangisan yang menyentuh, suara mereka bergema di antara dinding-dinding rumah kayu tua, menciptakan melodi yang menggambarkan perubahan, kehilangan, dan cinta sekaligus—bagaikan sungai emosi yang mengalir dari masa lalu ke masa depan.

6. Blackening of the Bride di Skotlandia

Angin laut bertiup kencang melintasi dataran tinggi Skotlandia saat sekelompok teman berkumpul dengan senyum nakal. Mereka membawa ember berisi campuran menjijikkan—tepung, saus, telur busuk, dan bahkan bulu angsa. Tradisi "Blackening of the Bride" dimulai dengan pengejaran liar, di mana pengantin wanita (dan sekarang juga pria) ditangkap, diikat, dan dilumuri dengan campuran lengket tersebut.

Tawa dan teriakan bergema di antara batuan tua saat pengantin malang itu diseret melintasi desa dan kemudian ditinggalkan untuk membersihkan diri. Di balik kekacauan ini terdapat kepercayaan bahwa jika pasangan dapat menghadapi penghinaan publik ini dengan anggun, mereka siap menghadapi tantangan pernikahan. Sementara matahari terbenam di atas lautan, pasangan itu berbagi ciuman yang berlumur kotor, saksi bagi ketahanan cinta mereka—kotor namun murni, kacau namun indah.

7. Tari Bertopeng di Niger

Padang pasir Niger yang luas menjadi saksi bisu ketika pengantin wanita Wodaabe menunggu dengan sabar, matanya tertuju pada barisan pria yang bersiap untuk Gerewol—sebuah kontes kecantikan di mana para pria menari selama berjam-jam untuk memikat hati sang pengantin. Wajah mereka dirias dengan cat kuning cerah, bibir merah menyala, dan garis-garis hitam yang mempertegas fitur wajah mereka.

Dengan mata terbelalak lebar dan gigi putih yang bersinar di bawah terik matahari gurun, para penari bergerak dalam formasi yang rumit, tubuh mereka bergetar dalam gerakan hipnotis sementara mereka menyanyikan melodi kuno. Ketika malam tiba dan bintang-bintang Afrika bermunculan di langit seperti butiran pasir yang berkilauan, pengantin wanita menunjuk pilihannya—pria yang tariannya paling anggun, yang senyumnya paling mempesona. Dalam budaya di mana kecantikan pria sangat dihargai, Gerewol adalah perayaan genetika dan keindahan yang memukau.

8. Perjamuan Hantu di Tiongkok Selatan

Bulan purnama mengintip dari balik awan, menerangi perkampungan kecil di Tiongkok Selatan. Seorang wanita muda berjalan menuju altar dengan gaun merah tradisional, namun tidak ada pengantin pria hidup yang menunggunya. Sebagai gantinya, patung kertas atau boneka mewakili arwah seorang pria muda yang telah meninggal sebelum menikah. Tradisi pernikahan hantu (Minghun) ini bertujuan untuk memberikan pendamping bagi mereka yang meninggal lajang.

Keluarga pengantin pria yang telah meninggal mencari keluarga dengan anak perempuan yang juga telah meninggal, atau dalam beberapa kasus, wanita hidup dari keluarga miskin. Upacara dilakukan dengan kemegahan yang sama seperti pernikahan biasa—meja-meja dipenuhi hidangan lezat, kembang api menerangi langit malam, dan musik tradisional mengalun lembut. Setelah upacara, tablet leluhur pasangan ditempatkan bersama di altar keluarga, memastikan bahwa dalam kehidupan berikutnya, mereka tidak akan kesepian. Di antara lampu kertas merah yang bergoyang lembut dan asap dupa yang mengepul, dua jiwa dipertemukan dalam ikatan abadi yang melampaui kehidupan dan kematian.

9. Pelemparan Sepatu di Hungaria

Aula pesta di Budapest dipenuhi dengan tawa saat sepasang pengantin Hungaria duduk punggung melawan punggung di tengah ruangan. Sepatu mereka dilepas dan dikumpulkan dalam tumpukan di hadapan mereka. Seorang pembawa acara mulai melemparkan pertanyaan, dan untuk setiap pertanyaan—seperti "Siapa yang akan bangun lebih awal untuk membuat kopi?"—pasangan itu mengangkat sepatu yang mewakili jawaban mereka.

Tamu bersorak ketika jawaban tidak cocok, gelas anggur berkilauan di bawah lampu kristal saat mereka bersulang untuk setiap ketidaksepakatan lucu. Di luar jendela, Sungai Danube mengalir dengan tenang, menyaksikan tradisi yang mengajarkan pelajaran penting tentang kompromi dan humor dalam pernikahan. Sementara malam semakin larut dan musik mulai mengalun, pasangan itu berdansa dalam lingkaran yang dibentuk oleh tamu, pandangan mereka terkunci dalam janji tak terucapkan untuk selalu menemukan keseimbangan, selalu kembali ke tengah, selalu menemukan jalan pulang ke satu sama lain.

10. Uang Pengantin di Polandia

Salju pertama musim dingin turun lembut di luar gereja kecil di pedesaan Polandia. Di dalam, lantai dansa dipenuhi dengan tamu yang bersemangat mengikuti tradisi "Oczepiny". Pengantin wanita duduk di tengah, matanya tertutup kain, sementara teman-teman lajangnya menari mengelilinginya. Dengan gerakan anggun, dia melemparkan kerudung pengantinnya, dan gadis yang menangkapnya konon akan menjadi pengantin berikutnya.

Kemudian dimulailah "tarian uang"—para tamu berbaris untuk menari dengan pengantin, menyematkan uang ke gaun putihnya sebagai hadiah dan berkat untuk kehidupan baru mereka. Seiring malam bergulir dan vodka mengalir, pengantin pria harus "membeli" pengantinnya kembali dari para tamu yang telah "menculiknya" beberapa kali sepanjang malam. Di luar, salju menutupi desa dalam selimut kemurnian, sementara di dalam kehangatan pesta, dua keluarga menjadi satu dalam perayaan yang akan dikenang selama bertahun-tahun yang akan datang.

---

Dari kemegahan pernikahan India hingga ritual simbolis Skotlandia, tradisi pernikahan di seluruh dunia mencerminkan kekayaan budaya manusia dan universalitas cinta. Setiap ritual membawa ceritanya sendiri, merajut benang-benang sejarah, kepercayaan, dan harapan ke dalam permadani indah yang menyelimuti pasangan saat mereka melangkah bersama ke dalam kehidupan baru. Dalam keberagaman tradisi ini, kita menemukan kesamaan yang mengikat kita semua—kerinduan untuk merayakan ikatan antara dua jiwa dengan cara yang bermakna dan tak terlupakan.

Meski zaman berubah dan modernisasi merambah ke sudut-sudut terjauh dunia, tradisi-tradisi pernikahan ini tetap bertahan, berevolusi namun mempertahankan esensinya. Mereka mengingatkan kita akan kekuatan ritual yang menghubungkan kita dengan masa lalu sambil memberkati masa depan—sebuah jembatan waktu yang dibangun dengan cinta, harapan, dan keindahan abadi dari janji yang diucapkan antara dua hati yang saling mencintai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisteria: Bunga yang Paling Ditakuti Iblis di Dunia Anime Demon Slayer

Spider Lily: Bunga Cantik yang Disebut dalam Anime Demon Slayer

Bobby Kertanegara: Kucing Kampung yang Naik Derajat